Pernyataan Bersama untuk Thailand: Selesaikan Krisis melalui Demokrasi, Bukan Represi

Pernyataan Bersama Regional

Parti Sosialis Malaysia (PSM); Perhimpunan Rakyat Pekerja (PRP) Indonesia; Partai Rakyat Demokratik (PRD) Indonesia; Turn Left Thailand; Socialist Alliance (Australia); Partido Lakas ng Masa (Philipina); Solidarity (Australia)

April 10, 2010 -- Kami sangat prihatin dengan situasi yang kini terjadi di Thailand, dimana Perdana Menteri yang didukung militer, Ahbisit Vejjajiva telah menyatakan Negara dalam keadaan darurat dan memulai tindakan represi berdarah dalam menghadapi meningkatnya eskalasi protes menuntut pemilihan umum ulang yang bersih.
Keadaan semakin mengkuatirkan karena pemerintah Thailand telah menutup semua media oposisi dan memberikan kekuasaan kepada angkatan bersenjata untuk melakukan tindakan represif terhadap demonstran Red Shirts. Pasukan bersenjata Thai telah mempergunakan persenjataan yang berlebihan termasuk tank dan peluru tajam, dalam menghadapi para demonstran pro demokrasi di Bangkok.

Sejak bulan Marel lalu, Front Persatuan untuk Demokrasi melawan Kediktatoran (UDD) atau lebih dikenal dengan Red Shirts telah kembali melakukan demonstrasi besar-besaran melawan pemerintahan Ahbisit yang bukan hasil dari pemilihan umum namun bentukan militer. Gerakan demokrasi ini terdiri dari kaum miskin kota dan pedesaan yang bersikap menentang terhadap kekuasaan oligarki dukungan militer.

Krisis saat ini bermula di bulan September 2006, ketika militer melancarkan kudeta terhadap pemerintahan Thaksin Shinawatra, menghapus Konstitusi populis tahun 1997 dan menggantikannya dengan konsttusi yang dibuat oleh militer. Kaum royalis Yellow Shirts mulai mengorganisir demonstrasi yang berwatak fasis ketika partai pro-Thaksin memenangkan pemilihan umum 2007.  Pemerintahan Ahbisit sekarang ini dibentuk oleh militer setelah mobilisasi fasis oleh Kaus Kuning dan satu kudeta melalui pengadilan.
Pemerintah, militer dan Yellow Shirts ketakutan menghadapi pemilihan umum yang benar-benar demokratis, karena mereka sadar bahwa mereka akan kalah karena mayoritas kaum miskin mendukung Kaus Merah. Ahbisit dan elit penguasa menolak untuk menyelenggarakan Pemilihan Umum dan mencoba mengulur waktu dan bahkan menyiapkan tindakan represif. Sudah jelas bahwa Ahbisit dan kaum elit lama akan membawa negeri tersebut menuju kediktatoran fasis.

Thailand telah memasuki satu tahap perang kelas yang baru.  Kaum elite penguasa lama dengan dukungan militer telah mempergunakan segala cara untuk melindas demokrasi di Thailand. Kaus Merah pro-demokrasi mayoritas terdiri dari kelas pekerja, petani dan kaum miskin, telah menunjukan dukungan rakyat dan memobilasi kekuatannya yang benar-benar telah mengejutkan kaum royalis (pendukung kerajaan) dan militer. Dengan semakin meluasnya dukungan massa terhadap Kaus Merah, akan menjadi satu tahap baru dan menentukan dalam perjuangan rakyat di Thailand untuk mengembalikan demokrasi dan keadilan sosial.

Kami menyerukan:

  • pengunduran segera pemerintahan bentukan militer, Ahsbisit dan lakukan pemilihan umum yang bersih dan demokratis.
  • Hentikan segala bentuk tindakan represif terhadap demonstran Red Shirts. Hormati hak-hak rakyat untuk berorganisasi, berdemonstrasi dan mogok.
  • Hentikan pengekangan terhadap hak-hak demokratik dan pemberangusan media.
  • Kepada pemerintah Thailand untuk tidak melakukan kudeta militer.
Krisis  yang terjadi di Thailand saat ini hanya dapat diselesaikan melalui demokrasi yang sejati dan kekuasaan rakyat. Kami sampaikan dukungan solidaritas kami  kepada semua buruh, petani dan kaum miskin di Thailand yang sedang berjuang melawan pemerintahan anti demokrasi dan untuk memulihkan demokrasi yang sesungguhnya.